Delapanplus.com – Jakarta,

Indonesia Philanthropy Outlook 2024 Menggali Temuan Kunci dan Rekomendasi untuk Memperkuat Ekosistem Filantropi terhadap Pembangunan Berkelanjutan, menjadi tajuk dari Philanthropy Learning Forum (PLF) ke -63 yang resmi dibuka oleh Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) bersama Kementerian PPN/Bappenas Republik Indonesia (2/7) di Jakarta.

PLF ke-63 dihadiri para narasumber yang sangat berpengalaman pada bidang filantropi yaitu Direktur Yayasan Bakti Barito, Dian A Purbasari, (Interim) Chief of Advocacy, Campaign Communication and Media Save the Children Indonesia, Tata Sudrajat, dan Kepala Sekretariat Nasional SDGs, Pungkas Bahruji Ali, Diskusi di moderatori Ketua Yayasan Adaro Bangun Negeri dan Ketua Badan Pengawas PFI, Okty Damayanti.

Dan Indonesia Philanthropy Outlook 2024 menyajikan berbagai temuan mengenai perkembangan sektor filantropi di Indonesia dalam tiga tahun terakhir sekaligus menunjukkan hasil dan kontribusi filantropi terhadap pembangunan berkelanjutan, area kemajuan, persepsi masyarakat terhadap kegiatan filantropi, serta rekomendasi agenda prioritas.

Dan PLF ke-63 ini, menurut Staf Ahli Menteri PPN Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian PPN / Bappenas, Pungkas Bahruji Ali bahwa pihaknya menyambut baik atas inisiatif dan terbitnya laporan Indonesia Philanthropy Outlook 2024 yang disusun oleh PFI sebagai bentuk komitmen sektor filantropi untuk mengangkat gambaran komprehensif tentang landskap, tren, tantangan, dan rekomendasi penguatan ekosistem filantropi berdasarkan aksi-aksi nyata yang dilakukannya dalam mendukung agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

“Ini outlook kedua yang telah kami publikasi, pertama kali di tahun 2022 lalu, terlihat adanya perubahan dari outlook 2022 dan 2024 terkait 5 fokus program prioritas. Di 2022 terkait 1) pendidkan, 2) pemberdayaan ekonomi, 3) iklim dan Ingkungan hidup, 4) advokasi, dan 5) kesehatan. Sementara di 2024 adalah 1) pemberdayaan ekonomi, 2) pendidkan, 3) kesehatan, 4) Iklim dan lingkungan hidup, dan 5) kemiskinan. Sementara penyelarasan program terhadap SDGs meningkat dari 84,9 persen di 2022 menjadi 89 persen di 2024. Hal Ini menunjukkan adanya peningkatan dan penguatan komitmen filantropi dalam mendukung akselerasi pencapaian SDGs di Indonesia. Outlook 2024 juga dilengkapi dengan perspektif masyarakat terhadap lembaga filantropi, dimana data menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen responden publik melihat lembaga filantropi sudah bekerja dengan baik dalam membantu pelaksanaan program pemerintah”, jelas Ketua Badan Pengurus PFI, Rizal Algarnar.

Dan perlu diketahui, laporan ini mengungkapkan 89 persen program filantropi telah berhasil sesuai dengan agenda SDGs. Dimana banyak lembaga filantropi secara dinamis membangun hubungan antara tujuan dan target SDGs. Meski menghadapi berbagai kendala, upaya itu layak mendapat apresiasi karena hubungan yang terjalin akan membuka peluang kolaborasi dengan banyak pihak, serta mempercepat pencapaian tujuan dan target SDGs tepat waktu. Ini membuktikan bahwa filantropi memainkan peran penting sebagai katalisator perubahan sosial dan ekonomi yang positif, ungkap Pungkas Bahruji Ali.

Sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta dan filantropi serta pemangku kepentingan lainnya sangat penting untuk mencapai target – target SDGs dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung agenda perubahan iklim, tambahnya.

Sementara Ketua Badan Pengurus PFI, Rizal Algarnar mengemukakan bahwa Indonesia Philanthropy Outlook 2024 merupakan bentuk salah satu komitmen PFI untuk memperkuat ekosistem filantropi dalam aspek data dan informasi. Salah satu aspek pentingnya yakni perlu didorong sebagai referensi untuk perkembangan sektor filantropi yang berbasiskan data agar menciptakan dampak yang lebih efektif dan luas. Sekaligus Publikasi ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi semua pemangku kepentingan.

Ketua Badan Pengurus PFI, Rizal Algarnar selanjutnya menambahkan, bahwa rekomendasi dalam outlook 2024 mencakup Iima elemen penting dalam penguatan ekosistem filantropi di indonesia yang meliputi 1) memperkuat jaringan dan kolaborasi multi pihak untuk pencapaian SDGs dan agenda perubahan iklim, 2) pengembangan kapasitas lembaga, termasuk kapasitas pengumpulan dana, 3) perbaikan terhadap peraturan yang terkait filantropi, 4) memastikan semakin lengkapnya data terkat lembaga filantropi, 5) memperkuat pencatatan hasil dan dampak program PFI melihat pentingnya kita bersama-sama membangun transparansi, akuntabilitas, dan kredibilitas lembaga tilantropi dalam menjalankan aktivitasnya.

“Kami berharap Indonesia Philanthropy Outlook 2024 Ini dapat bermanfaat serta menjadi panduan berharga bagi semua pemangku kepentingan filantropi”, jelas Rizal lagi.

Sedangkan dari salah satu narasumber PLF ke-63, Direktur Yayasan Tahija dan Anggota Badan Pengawas PFI, Trihadi Saptohadi menyatakan bahwa budaya memberi (culture giving) kita membawa Indonesia menjadi negara paling dermawan berdasarkan World Giving Index 2022 Sebuah pencapaian yang baik namun di satu sisi budaya ini harus didukung oleh tata kelola, akuntabilitas, dan transparansi yang kuat agar dapat memberikan sebuah dampak yang terukur.

“Gotong royong multi sektor, seperti elemen masyarakat, sektor swasta dan filantropi sangat penting guna membangun kemitraan dan tata kelola bagi pembangunan berkelanjutan Hal tersebut dapat diwujudkan antara lain melalui komunikasi dan informasi, koordinasi kebijakan dan program, kolabarasi dan integrasi program serta blended financing dan program management untuk memastikan program keberlanjutan serta scale up impact, ujar Tihadi.

“Selain Itu, menciptakan ekosistem bagi pertumbuhan filantropi yang sehat sangat penting, antara lain dengan adanya peraturan perpajakan yang tamah dan insentif yang jelas serta meninjau kembali peraturan penggalangan dana den barang dengan menyesuaikan pada kondisi saat ini”, tutup Trihadi.

)**D Junod

By Redaksi

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *