Pelajar Jepang Tanam Bibit Pohon di Kawasan Tahura SSH Kolaborasi Senior High School at Sakado, University of Tsukuba, Ehime University Senior High School, Belantara Foundation, KPHP Minas Tahura, KTH SSH) dan APP Japan Ltd.

Riau, Delapanplus.com –

Sejumlah pelajar Jepang dari Senior High School at Sakado, University of Tsukuba dan Ehime University Senior High School melakukan penanaman bibit pohon di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim (SSH) Provinsi Riau (30/7). Kegiatan menanam pohon bersama pelajar asal Jepang ini merupakan salah satu aksi dalam mendukung dan mempromosikan program Forest Restoration Project: SDGs Together. Inisiatif ini mendukung target Sustainable Development Goals (SDGs) ke 15, yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem.

Sedangkan Target SDGs ke 12 yaitu produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab, Target ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya, serta target SDGs ke 17 yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

Generasi muda dapat menjadi agen lingkungan dan memberikan kontribusi positif dalam pengurangan emisi gas rumah kaca untuk pengendalian perubahan iklim. Salah satu hal sederhana yang dapat dilakukan yaitu dengan berpartisipasi pada gerakan menanam pohon.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan kolaborasi multipihak ini merupakan kunci keberhasilan dalam mendukung kampanye gerakan menanam pohon, salah satunya dari elemen masyarakat khususnya generasi muda.

“Kami akan mengajak berbagai pihak termasuk generasi muda untuk berkontribusi pada pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia khususnya Pulau Sumatra,” jelasnya.

Dolly, selaku pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pakuan berharap gerakan menanam pohon ini dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat terutama generasi muda agar berkontribusi aktif pada bidang pelestarian alam dan lingkungan hidup di sekitar mereka.

Sedangkan, Representatif Senior High School at Sakado, University of Tsukuba, Yoshikazu Tatemoto, menegaskan bahwa kesadaran melestarikan alam dan lingkungan hidup bagi masyarakat khususnya generasi muda harus ditanamkan sejak dini, antara lain bisa diperoleh dari pembelajaran di dalam kelas dan mengikuti aksi lingkungan di luar kelas. Salah satunya dengan berpartisipasi aktif pada gerakan menanam pohon.

“Dengan menanam pohon, kita dapat berkontribusi dalam mencegah dampak perubahan iklim yang saat ini menjadi perhatian dunia” jelas Tatemoto.

Oleh karenanya, Belantara Foundation berkolaborasi dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan Sultan Syarif Hasyim (KTH SSH) serta pemangku kepentingan seperti APP Japan Ltd. mengajak untuk menanam pohon di kawasan tersebut. Dimana penanaman simbolis kali ini, yakni jenis bibit pohon langka yang perlu dilestarikan seperti Balangeran (Shorea balangeran) dan Meranti Bunga (Shorea leprosula) sebanyak 34 pohon.

Dan program dari APP Jalan Ltd. ini bertujuan untuk penyadartahuan (Awareness) dan edukasi kepada masyarakat khususnya generasi muda tentang akan pentingnya berpartisipasi aktif dalam mendukung pelestarian alam dan lingkungan hidup di Indonesia.

Forest Restoration Project: SDGs Together merupakan program yang dijalankan melalui donasi sebagian hasil penjualan produk yang dibuat oleh produsen kertas Indonesia, APP (termasuk beberapa produk pabrik APP China) kepada Belantara Foundation untuk menanam serta memelihara bibit pohon spesies asli dan langka yang perlu dilestarikan di kawasan Giam Siak Kecil-Bukit Batu Provinsi Riau yang telah terdegradasi akibat aktivitas ilegal dan kebakaran hutan. Program donasi ini telah berjalan sejak Agustus 2020. Program tersebut berfokus pada penanaman dan perawatan pohon, serta perlindungan kawasan secara lestari dan berkelanjutan.

Saat ini, Forest Restoration Project: SDGs Together telah berjalan selama empat tahun. Dalam empat tahun terakhir, telah dilakukan penanaman dan perawatan bibit pohon sebanyak 43.901 pohon seluas 94 ha. Kegiatan lain yang telah dilakukan yaitu memasang papan nama proyek, membangun rumah pembibitan, membangun pondok kerja, patroli hutan, memberikan peningkatan kapasitas bagi masyarakat, serta melakukan monitoring dan evaluasi.

Program ini, program yang digagas bersama Belantara Foundation dan pemangku kepentingan di Jepang sejak 2022 lalu, yaitu Forest Restoration Project: SDGs Together, yang berupaya memulihkan kawasan hutan yang terdegradasi agar ekosistem hutan dapat berkontribusi untuk upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta mendukung pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon di Provinsi Riau.

Setidaknya terdapat 32 jenis pohon yang telah ditanam, di antaranya adalah ramin (Gonystylus bancanus) dan balam (Palaquium burckii) yang masuk ke dalam status kategori kritis / Critically Endangered (CR), merawan (Hopea mengarawan) dan balangeran (Shorea balangeran) masuk ke dalam kategori rentan / Vulnerable (VU) dan meranti bunga (Shorea leprosula) masuk ke dalam kategori hampir terancam punah / Near Threatened (NT) menurut daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Di tahun ini, kegiatan penanaman simbolis telah dilakukan dua kali. Pertama telah dilakukan bersama beberapa perusahaan asal Jepang di Tahura SSH pada 16 Juli 2024. Jenis pohon yang digunakan merupakan jenis yang perlu dilestarikan terdiri dari 4 jenis, yaitu merawan (Hopea mengarawan), meranti rambai (Shorea acuminata), meranti bunga (Shorea leprosula) dan balangeran (Shorea balangeran). Dan Kedua, 30 Juli 2024, terdiri dari dua jenis, yakni Balangeran (Shorea balangeran) dan Meranti Bunga (Shorea leprosula).

Kepala KPHP Minas Tahura, Sri Wilda Hasibuan, S.Sos., M.Si., menuturkan bahwa kawasan Tahura SSH merupakan kawasan konservasi alam yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1999, yang memiliki luas lebih dari 6.000 hektar.

“Sayangnya saat ini sebagian besar wilayah tersebut telah mengalami deforestasi dan degradasi akibat aktivitas ilegal seperti perambahan lahan, pembalakan liar dan lain sebagainya. Dan kami terus menjaga dan memulihkan fungsi kawasan Tahura SSH melalui kegiatan perlindungan dan restorasi hutan. Upaya ini tentunya tidak bisa kami lakukan sendiri, namun perlu adanya kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pihak,” pungkas Sri Wilda Hasibuan, S.Sos., M.Si..

)**Don

By Redaksi

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *