Mitra Sektor Swasta Jepang Vanfu Partisipasi Tanam Pohon di Tahura Sultan Syarif Hasyim, Riau

Riau, Delapanplus.com –

Mitra sektor swasta Jepang, Vanfu melakukan penanaman bibit pohon secara simbolis di kawasan Tanam Pohon di Tahura Sultan Syarif Hasyim, Riau (21/8), bekerjasama dengan Belantara Foundation bersama Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan Sultan Syarif Hasyim (KTH SSH) serta pemangku kepentingan setempat. Mereka menanam jenis bibit pohon langka yang perlu dilestarikan seperti Balangeran (Shorea balangeran).

Chief Executive Officer Vanfu, Takayuki Suto menuturkan bahwa sebagai individu, secara pribadi ingin melihat permasalahan lingkungan dapat ditangani dengan baik salah satunya dengan cara menanam dan merawat pohon, sehingga generasi yang akan datang termasuk Generasi anak cucu kita dapat menikmati kehidupan di alam yang lebih lestari dan berkelanjutan.

“Kegiatan penanaman pohon kali ini yang dilakukan bersama Belantara Foundation dan pemangku kepentingan lainnya memberikan kesan dan pembelajaran tersendiri yang amat menda am sehingga Vanfu akan selalu berupaya untuk mendukung gerakan penanaman pohon ini secara berkelanjutan”, ujar Mr. Suto.

Sementara Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan bahwa saat ini dunia sedang menghadapi knsis lingkungan yang dikenal sebagai triple planetary crisis, yang meliputi perubahan iklim. polusi dan ancaman kehilangan keanekaragaman hayati. Sudah banyak studi membuktikan bahwa perubahan iklim menjadi salah satu penyebab kehilangan keanekaragaman hayati global.

Oleh karenanya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan Iklm perlu diselaraskan dengan aksi aksi lain untuk mencegah polusi dan hilangnya keanekaragaman hayati. Salah satu aksi kecil namun berdampak besar adalah menanam dan merawat pohon, karena dapat membantu mengatasi Triple Planetary Crisis secara paralel, lanjutnya lagi.

“Sesuai dengan misi dari UNSDGs yatu No One Left Behind dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan kolaborasi multi pihak, salah satunya dengan mengajak mitra sektor swasta dari Jepang untuk berkontribusi pada pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi GRK di Indonesia khususnya Pulau Sumatra”, kata
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna, yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Selain itu, Representative Director APPJ, Tan Ui Sian mengatakan bahwa setelah menjalankan program Forest Restoration Project SDGs Together bersama APP Group dan Belantara Foundation Sejak pertengahan tahun 2020, tingkat kesadaran (awareness) multi-stakeholders di Jepang sudah meningkat tajam, apalagi dengan melihat dampak yang sangat mengkhawatirkan akibat dari perubahan iklim mi.

Lebih lanjut, Tan menjelaskan bahwa pihaknya akan tebih gencar mengajak multistakeholders di Jepang untuk berpartisipasi dan mendukung program Forest Restoration Project SDGs Together im Saat mu, program tersebut berfokus untuk mendukung target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goais (SDGs) ke 12 yaitu memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, target SDGs ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya. Target SDGs ke 15 yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem dan target SDGs ke 17 yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kernitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

“Kerjasama program dengan KPHP Minas Tahura telah memasuki tahap ke-4 dan telah memberikan miai tambah lebih besar bagi kami untuk mengembangkan program dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di Jepang. Kami berharap dapat mengajak multistakeholders dari mancanegara lebih luas untuk mendukung program Forest Restoration Project: SDGs Together”, tandas Tan.

Panel antar pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) dari Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menerbitkan Laporan Sintesis atas Laporan Penilaian Keenam mengenai situasi iklim terkini pada tahun 2023. Dalam laporan tersebut memperingatkan bahwa pemanasan global di abad ini telah mencapai 1,1 derajat Celcius dan akan melampaui batas 1,5 derajat celcius, jika tidak ada penurunan drastis pada emisi Gas Rumah kaca (GRK).

Bagi banyak negara, perubahan iklim telah terlihat dan seringkali melanda masyarakat yang paling rentan. Dan seiring berjalannya waktu, masyarakat di seluruh dunia semakin khawatir dengan dampak perubahan iklim tersebut.

Akan tetapi, penyebaran pengetahuan tentang Ingkungan hidup dan perubahan iklim yang tidak merata telah menghambat beberapa upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Pada waktu yang sama, Kepala KPHP Minas Tahura, Sri Wilda Hasibuan, S.Sos, MSi, menuturkan bahwa kawasan Tahura SSH merupakan kawasan konservasi alam yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1999 Tahura SSH memiliki luas lebih dari 6000 hektar. Sayangnya saat ini sebagian besar wilayah tersebut telah mengalami deforestasi dan degradasi akibat aktivitas legal seperti perambahan lahan, pembalakan liar dan lain sebagainya.

“Kami terus menjaga dan memulihkan fungsi kawasan Tahura SSH melalui kegiatan perlindungan dan restorasi hutan Upaya Ini tentunya tidak b sa kami lakukan sendi, namun perlu adanya kolaborasi dan kerna sama dengan berbagai pihak. Misalnya saja program yang digagas bersama Belantara Foundation dan pemangku kepentingan di Jepang pada pertengahan 2022 lalu, yaitu Forest Restoration Project SDGs Together, yang berupaya memulihkan kawasan hutan yang terdegradasi agar ekosistem hutan dapat berkontribusi untuk upaya adaptasi dan mn gasi perubahan iklim serta mendukung pemenuhan Nationally Determined Contribusion (NDC) Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon di Provinsi Riau”, pungkas Sri.

)**D.Junod

By Redaksi

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *