Tantri KotaK Bicara Jujur Soal Hak Cipta: “Kami Tetap Jalan, Tapi Tetap Hormat”

Jakarta (Delapanplus) :

Tantri KotaK akhirnya buka suara soal polemik hak cipta dengan mantan personel. Lewat unggahan menyentuh di Instagram, ia tegaskan sikap hormat terhadap karya dan komitmen menjaga keberlangsungan band.

Di balik dentuman panggung yang meriah dan lagu-lagu yang menemani banyak perjalanan hati, ada cerita getir yang kini menguji soliditas KotaK.

Bukan soal musik atau fans, tapi tentang hak cipta dan kepemilikan lagu. Dan di tengah riuhnya polemik ini, vokalis Tantri Syalindri—yang akrab disapa Tantri KotaK—akhirnya angkat bicara. Tapi bukan dengan nada marah, melainkan lewat unggahan yang tenang dan menyentuh hati.

Kami Berhenti Bawakan Lagu Mereka Sejak Somasi

Lewat Instagram pribadinya, Tantri menyampaikan sikap KotaK atas konflik hukum dengan dua eks personel, Posan Tobing dan Julia Angela Lepar alias Pare. Ia menegaskan bahwa lagu-lagu yang sepenuhnya diciptakan oleh Posan dan Pare sudah tidak lagi dibawakan sejak somasi dilayangkan.

“Itu adalah bentuk penghormatan kami,” tulis Tantri dalam unggahan yang diunggah Senin (19/5/2025).

Sikap itu, menurutnya, bukan karena tekanan hukum semata, tapi karena kesadaran untuk menjaga etika berkarya. Di balik kontroversi yang mengiringi langkah mereka, KotaK tetap memilih untuk berdiri dengan prinsip.

“Saya Punya Hak yang Sama”

Namun, Tantri juga memberi garis tegas: tidak semua lagu yang dipersoalkan bisa diklaim sepihak. Beberapa lagu yang masih dibawakan adalah hasil cipta bersama, dan sebagai pencipta kolektif, ia merasa punya hak untuk tetap memperdengarkannya.

“Dengan hati yang lapang, saya dan KotaK mengizinkan siapapun untuk membawakan lagu-lagu tersebut,” ujarnya.

Pernyataan itu seolah menjadi penyeimbang di tengah panasnya konflik. Ia tidak sedang membela diri, tapi menunjukkan bahwa di balik panggung, ada ruang kompromi dan keberanian menjaga integritas.

Bagi Tantri, konflik ini menyentuh sesuatu yang lebih besar: tentang pekerjaan, tim, dan keluarga yang hidup dari band ini. Ia bicara sebagai manusia biasa, yang juga lelah tapi tak bisa menyerah.

“Saya, Cella, dan Chua serta tim produksi, termasuk OB dan driver, masih berdiri. Saya percaya ada doa dari keluarga mereka yang menenagai band ini tetap berjalan apapun kondisinya.”

Kalimat itu bukan sekadar klarifikasi, melainkan seruan sunyi tentang arti perjuangan mempertahankan sesuatu yang sudah dibangun selama 18 tahun. KotaK bukan hanya nama band, tapi rumah bagi banyak orang.

KotaK Tetap Melaju

Pernyataan Tantri muncul di tengah sorotan publik usai Pengadilan Tinggi Yogyakarta menolak banding yang diajukan oleh Posan cs terkait keabsahan penggunaan nama KotaK. Sementara di sisi lain, laporan pidana dugaan pelanggaran hak cipta masih bergulir.

Meski konflik belum berakhir, sikap KotaK lewat Tantri mengisyaratkan satu hal penting: mereka memilih melanjutkan perjalanan dengan kesadaran hukum dan rasa hormat terhadap karya—tanpa harus memutus benang pertemanan, atau menghancurkan yang telah dibangun.

Tantri dan KotaK menunjukkan bahwa menghormati bukan berarti menyerah, dan bertahan bukan berarti keras kepala. Di tengah sorotan yang tajam, mereka memilih berjalan dengan kepala tegak—karena ada karya, cinta, dan kehidupan yang harus terus dimainkan.

Lagu boleh berganti, tapi semangat berkarya tak pernah padam.

)***Don

By Redaksi

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *