Blitar (Uritanet) :
Dalam semangat membangun Indonesia yang lebih sehat dan berkualitas, sosialisasi Program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana) kembali menggema di tengah masyarakat. Bertempat di halaman rumah Bapak Jemani, Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, acara ini menjadi momentum penyuluhan penting bagi warga sekitar untuk memahami makna keluarga berkualitas dan bahaya pernikahan dini.
Acara ini dihadiri oleh tiga sosok kunci yang memiliki peran strategis dalam pembangunan keluarga di Indonesia. Hadir langsung Nurhadi, S.Pd., M.H., Anggota Komisi IX DPR RI, bersama Taufik Daryanto, S.Psi, M.Sc selaku Ketua Tim Kerja Humas dan Informasi Publik Kemendukbangga Provinsi Jawa Timur, dan Yukhanit Setyani selaku Sekretaris DP2KBP3A Kabupaten Blitar.
Mencegah Stunting Dimulai dari Rencana Pernikahan
Dalam sambutannya, Nurhadi menekankan pentingnya merencanakan pernikahan sejak dini, terutama bagi calon pengantin.
“Jika ada calon pengantin, itu wajib direncanakan. Jangan asal menikah, apalagi di usia dini. Karena secara medis dan mental mereka belum siap, dan ini bisa memicu stunting. Stunting itu mudahnya gagal tumbuh,” ujar Nurhadi.
Ia mengungkapkan, angka stunting di Kabupaten Blitar masih cukup tinggi, yakni 17 persen dan menjadi masalah serius karena berdampak langsung pada kualitas sumber daya manusia di masa depan.
“Anak stunting cenderung mudah sakit dan memiliki kecerdasan yang tidak optimal. Ini bukan hanya soal gizi, tapi juga soal kesiapan mental dan kasih sayang. Suami harus terlibat, karena kehamilan adalah perjalanan besar yang tidak bisa dijalani sendiri oleh seorang ibu.”
Perubahan Orientasi: Dari KB ke Keluarga Berkualitas
Taufik Daryantonmenjelaskan transformasi BKKBN menjadi Kemendukbangga, yang menandai pergeseran orientasi program dari sekadar pengendalian kelahiran menuju pembangunan keluarga yang lebih utuh.
“Dulu, fokus kita adalah menekan TFR (Total Fertility Rate) karena terlalu tinggi. Sekarang, di Jawa Timur TFR sudah di angka 1,8. Itu berarti program KB sudah berhasil,” jelas Taufik.
Namun, tantangan baru muncul. Salah satunya adalah masih rendahnya partisipasi pria dalam program KB.
“KB bukan hanya urusan perempuan. KB pria seperti vasektomi masih sangat rendah angkanya di Indonesia. Ini yang sedang kita dorong—kesetaraan dan keterlibatan laki-laki dalam perencanaan keluarga.”
Fungsi Keluarga Harus Direncanakan, Bukan Dianggap Biasa
Sementara itu, Yukhanit Setyani menggarisbawahi esensi dari keluarga berkualitas. “Keluarga berkualitas itu keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material. Itu hanya bisa terjadi jika ada komunikasi yang baik antar anggota keluarga,” ucap Yukhanit.
Ia menambahkan bahwa dalam keluarga terdapat enam fungsi utama: agama, ekonomi, cinta kasih, lingkungan hidup, reproduksi, dan sosial budaya.
Semua fungsi itu hanya bisa berjalan bila pernikahan dan pembentukan keluarga dilakukan dengan perencanaan yang matang.
“Jangan biarkan anak-anak menikah dalam usia yang belum cukup. Karena itu akan merusak masa depan mereka dan merusak fungsi keluarga yang sesungguhnya.”
Menuju Masa Depan Tanpa Stunting, Dimulai dari Keluarga
Program Bangga Kencana kini bukan hanya tentang jumlah anak, tapi tentang kualitas hidup setiap keluarga Indonesia.
Sosialisasi ini menjadi pengingat bahwa pembangunan manusia dimulai dari rumah—dari keluarga yang direncanakan dengan cinta, ilmu, dan tanggung jawab bersama.
Dengan semangat gotong royong antara pemerintah, DPR RI, dan masyarakat, Kabupaten Blitar siap menjadi contoh dalam membangun generasi emas tanpa stunting, tanpa pernikahan dini, dan penuh kasih sayang.
Jangan mulai keluarga dari ketidaksiapan. Mulailah dari perencanaan yang cerdas. Karena keluarga hebat, dimulai dari cinta yang bertanggung jawab.
)**Tjoek