Bengkulu (DelapanPlus) :
Desa Air Petai, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara, menjadi saksi pentingnya komitmen bersama dalam mencegah stunting melalui Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja. Acara yang berlangsung 20 Agustus 2025 ini menghadirkan narasumber kompeten yakni Siti Zuraida, S.IP (Sekretaris Dinas P2KB Bengkulu Utara), Nesianto, S.E., M.M (Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu), serta Hj. Eko Kurnia Ninggsih (Anggota Komisi IX DPR RI).
Dalam paparannya, Siti Zuraida menegaskan bahwa upaya pencegahan stunting harus dimulai sejak 1000 hari pertama kehidupan. Asupan gizi yang seimbang, pemeriksaan kehamilan secara rutin, dan pemberian ASI eksklusif menjadi kunci tumbuh kembang anak yang optimal. Menurutnya, “Stunting adalah kegagalan pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan usianya, dan ini harus dicegah sejak dini.”
Lebih lanjut, ia menjelaskan program Quick Wins Kemendukbangga yang meliputi ;
Pertama ; Tamasya – Taman Asuh Sayang Anak, pola asuh dengan standar yang jelas.
Kedua ; Genting – Gerakan gotong royong berbagai pihak untuk membantu anak stunting.
Ketiga ; GATI – Gerakan Ayah Teladan Indonesia, mendorong keterlibatan ayah dalam pengasuhan.
Keempat ; Superapps – Aplikasi konsultasi keluarga untuk bimbingan dan solusi praktis
Dan Kelima ; Sidaya – Sekolah lansia sebagai wadah belajar, berkarya, dan berdaya bagi para orang tua.
Sementara itu, Nesianto menekankan pentingnya mencegah pernikahan dini yang kerap menjadi faktor pemicu stunting. Ia berharap Desa Air Petai bisa menjadi desa yang bebas stunting melalui kesadaran kolektif.
“Stunting itu tubuh pendek akibat kekurangan gizi. Namun tidak semua yang pendek adalah stunting. Maka, pencegahannya harus dari kesiapan menikah, asupan gizi, hingga pemeriksaan kesehatan,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Hj. Eko Kurnia Ninggsih menyoroti peran penting 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Menurutnya, pola asuh yang baik, gizi seimbang, serta pemantauan kesehatan anak adalah langkah konkret untuk memutus rantai stunting.
Ia juga menekankan bahwa lansia yang diberdayakan melalui program Sidaya tidak hanya meningkatkan kualitas hidup mereka sendiri, tetapi juga memberi kontribusi positif bagi keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini bukan sekadar sosialisasi, melainkan ajakan nyata untuk membangun kesadaran kolektif. Pencegahan stunting adalah tanggung jawab bersama, dan program Bangga Kencana hadir sebagai jembatan solusi agar setiap keluarga di Bengkulu dapat tumbuh sehat, cerdas, dan berdaya.
Dengan sinergi masyarakat, pemerintah, dan mitra kerja, harapan menjadikan Bengkulu bebas stunting bukan hanya wacana, tetapi kenyataan yang bisa diraih bersama.
Stunting bukan takdir, tetapi tantangan yang bisa diatasi. Bersama Bangga Kencana, kita wujudkan keluarga Indonesia yang sehat, kuat, dan berdaya.
)*** Yuri