Jakarta, Delapanplus.com – Berawal dari sebuah studio latihan musik di Sekolah Madrasah Aliyah, dentuman drum, petikan gitar, dan alunan keyboard bergema riuh. Sekilas terdengar seperti pertemuan dua dunia dengan menghadirkan musik yang memang sangat digemari pada zamannya.
Dengan dipadukannya hobby dari anggota band tersebut berdirilah Blue School Band, sekelompok siswa dari MA Pembangunan UIN Jakarta yang tengah menorehkan prestasi yang dimulai dengan jejak awal dalam perjalanan bermusik mereka.

Blue School Band terdapat 2 tim, tim A beranggotakan Yoda, gitaris ritme; Gerrard, lead gitaris; Rizki, bassist; Fachri, drummer; Rafa, keyboardis; dan tentunya Audi dan Cetta sebagai vokalis yang membawakan lagu dengan penuh semangat.
Sedangkan tim B beranggotakan Shota, lead gitaris; & Rizqi bassist; Rafa, Keyboardist; Fachri, drummer; Sheera & Fatiyyah sebagia vokalis di tim B. Kedua tim tersebut memadukan keahlianya masing-masing dibidang musik sehingga lagu yang dibawakan dapat asik dan menyenangkan untuk sing-along.
Mereka berawal dari sering jamming di sela kegiatan sekolah, lalu berkembang menjadi sebuah band serius yang punya identitas jelas mengusung nama sekolah yaitu Blue School.
“Awalnya cuma iseng jamming di studio sekolah. Tapi lama-lama terasa chemistry-nya kuat.”, ujar Gerrard.
Meski masih berstatus siswa, energi mereka selalu berhasil membuat penonton ikut larut, melompat, bahkan bersenandung bersama.
“Kami nggak ingin sekadar cover lagu, harus ada ciri khas band kami di setiap aransemen,” kata Yoda yang selalu jadi penyeimbang di atas panggung.
Bagi Sheera musik adalah ruang ekspresi sekaligus jembatan perasaan. “Aku suka bagaimana satu lagu bisa bikin orang ikut merasakan cerita yang sama. Itu yang bikin aku betah di atas panggung”, ucap Sheera dengan senyum.
Sementara Rizqi menekankan pentingnya kebersamaan. “Kalau groove bass dan drum sudah nyatu, otomatis energi panggung langsung naik. Tapi kuncinya, semua personel harus saling percaya”, lanjutnya.
Di sisi lain, Fachri mengaku justru paling menikmati momen saat penonton ikut berteriak atau bertepuk tangan mengikuti beat drumnya. “Itu kayak bonus energi. Bikin capek jadi nggak kerasa”, ucapnya sambil tertawa.
Di tengah maraknya band indie di Indonesia, Blue School Band menawarkan nuansa segar. Mereka bukan hanya band kampus biasa, melainkan representasi kreativitas generasi muda yang berani bereksperimen lintas genre dan budaya.
“Kami pengin musik Blue School Band bisa jadi suara anak muda, kadang keras, kadang lembut” tutup Fahri.
Bisa jadi, dari ruang band dan panggung kecil, dengan Pak Ono sebagai pelatih band ini, nama Blue School Band akan bergema lebih jauh di kancah musik nasional dan kelak international. Mereka masih di awal perjalanan, tapi sudah punya satu modal berharga: keberanian untuk tampil berbeda.