Yogyakarta (Delapanplus) :
Pada tahun 2025, isu kesehatan mental remaja terus menjadi perhatian utama di Indonesia. Tingginya prevalensi masalah kesehatan mental di kalangan remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk lingkungan keluarga dan sosial.
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pendekatan holistik yang mencakup edukasi, dukungan profesional, dan lingkungan yang mendukung.
Dalam konteks ini, keistimewaan budaya Yogyakarta menawarkan solusi unik. Sebagai daerah dengan identitas budaya yang kuat, Yogyakarta memiliki tradisi dan nilai-nilai sosial yang dapat berkontribusi pada pembentukan karakter dan kesejahteraan mental generasi muda.
Keistimewaan budaya ini perlu diinternalisasi, terutama melalui jalur pendidikan.
Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Wakil Ketua DPD RI, mengambil langkah konkret dengan menginisiasi Focus Group Discussion (FGD) bertema “Realisasi Pendidikan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.” Acara ini berlangsung pada Jumat, 24 Januari 2025, di Kantor DPD RI DIY.
Diskusi melibatkan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora DIY), Dinas Kebudayaan DIY, akademisi, PKK DIY, Karang Taruna DIY, dan stakeholder lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, GKR Hemas menegaskan pentingnya internalisasi nilai-nilai budaya Yogyakarta dalam kurikulum pendidikan.
“Melalui pendidikan, kita dapat membentuk peserta didik yang memiliki kesadaran budaya, karakter kuat, serta pemahaman nilai-nilai moral, sosial, dan etika khas Yogyakarta,” ujar GKR Hemas.
PKK DIY dan Karang Taruna DIY memainkan peran strategis dalam melestarikan budaya dan memperkuat solidaritas sosial. PKK DIY aktif dalam pemberdayaan keluarga melalui program-program lingkungan hingga dasa wisma, sementara Karang Taruna DIY konsisten menyelenggarakan kegiatan inovatif untuk memperkuat peran remaja dalam masyarakat.
“Kolaborasi antara keluarga, organisasi sosial, dan pemerintah sangat penting untuk memastikan nilai-nilai keistimewaan Yogyakarta dapat diwariskan secara berkelanjutan,” tambah GKR Hemas.
Kurikulum Berbasis Budaya
Drs. Suhirman, M.Pd., Kepala Dinas Dikpora DIY, menjelaskan bahwa pemerintah sedang mengevaluasi penerapan pendidikan berbasis budaya di sekolah.
Dikpora DIY bersama Dewan Pendidikan DIY mengembangkan Pendidikan Khas Kejogjaan (PKJ), yang bertujuan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur budaya Yogyakarta dalam proses belajar mengajar.
FGD ini juga menghasilkan rekomendasi penting, seperti penyusunan modul dan kurikulum keistimewaan, serta digitalisasi materi pendidikan agar lebih mudah diakses generasi muda.
“Materi tersebut akan mencakup sejarah, latar belakang, hingga implementasi Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta,” ujar GKR Hemas.
Melalui pendidikan dan internalisasi nilai budaya, Yogyakarta dapat menawarkan solusi konkret untuk meningkatkan kesehatan mental remaja.
Nilai-nilai tradisi, gotong royong, dan penghormatan terhadap sesama yang terkandung dalam budaya Yogyakarta berpotensi menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental.
Sebagai daerah istimewa yang diakui secara konstitusional, Yogyakarta memegang tanggung jawab besar untuk menjaga keistimewaan ini agar terus relevan dan bermanfaat, khususnya bagi generasi muda.
Inisiatif GKR Hemas dan seluruh pihak terkait dalam mempromosikan pendidikan berbasis budaya di Yogyakarta merupakan langkah penting untuk mengatasi tantangan kesehatan mental remaja.
Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, organisasi sosial, dan masyarakat, budaya istimewa Yogyakarta tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga solusi nyata untuk masa depan yang lebih baik.
)**Kontributor Tri Muryani MA/ Tjoek