Delapanplus.com — Peluncuran Harumanis Sinergi Utama di Jakarta, Jumat (12/12/2025), menandai babak baru gerakan seni dan budaya yang menempatkan nilai spiritual, integritas, dan kolaborasi sebagai fondasi utama. Acara ini menghadirkan Sandec Sahetapy sebagai sosok sentral yang menyuarakan arah perjuangan seni Indonesia ke depan.
Dalam suasana yang hangat dan reflektif, Sandec Sahetapy menegaskan bahwa dunia seni tidak cukup hanya digerakkan oleh kreativitas, tetapi juga oleh kejujuran dan keberanian moral. Ia menyebut hidup sebagai rangkaian “Minutes of Life”, momen-momen singkat yang harus diisi dengan pilihan-pilihan jujur, meski kerap berhadapan dengan godaan duniawi seperti kekuasaan dan materi.
Berbekal pengalaman panjang di berbagai lini mulai dari birokrasi, gerakan budaya, hingga advokasi transparansi royalti musik, Sandec Sahetapy menempatkan dirinya sebagai bagian dari ekosistem, bukan pusatnya. Ia menekankan pentingnya menyatukan langkah antarpegiat seni agar perjuangan tidak berjalan sendiri-sendiri.
Peluncuran Harumanis disebut Sandec Sahetapy sebagai simbol kedewasaan lembaga. Menurutnya, Harumanis kini hadir sebagai entitas yang sah, terbuka, dan berpihak pada kepentingan seniman. Lembaga ini diharapkan menjadi ruang aman bagi ide-ide kreatif sekaligus jembatan kolaborasi lintas komunitas seni.
Isu kesejahteraan musisi dan pencipta lagu kembali menjadi sorotan. Sandec Sahetapy menegaskan bahwa meski ia tidak lagi memimpin organisasi formal, komitmennya untuk mengawal kepentingan seniman termasuk di tingkat parlemen tetap menyala. Perjuangan tersebut, kata dia, harus dijalankan dengan konsistensi dan niat yang bersih.
Pesan spiritual turut menguatkan arah gerakan Harumanis. Atas nama komisaris Agrina Sandri, Sandec Sahetapy mengajak seluruh tim untuk memimpin dengan rasa takut akan Tuhan, bertanggung jawab dalam setiap keputusan, serta meyakini bahwa kerja baik akan melahirkan dampak baik.
Acara ini dihadiri sejumlah tokoh seni dan industri musik nasional, antara lain Chico Hindarto, Nenny Triana, Ribut Srimulat, hingga John Paul Ivan. Kehadiran mereka memperkuat pesan bahwa Harumanis lahir dari semangat kolektif, bukan kepentingan segelintir pihak.
Lebih dari sekadar seremoni, peluncuran Harumanis menjadi pernyataan sikap bahwa masa depan seni Indonesia membutuhkan ruang yang subur bagi karya, sistem yang adil bagi pelaku, serta nilai-nilai luhur sebagai penuntun. Dalam visi tersebut, Harumanis diharapkan tumbuh sebagai simpul penting dalam lanskap seni dan budaya nasional. (doni)
