Dr.John N. Palinggi, MM, MBA : Pertolongan Orang itu Ibarat Mata Air, Kita Syukuri dan Terima Kasih

Jakarta, Delapanplus.com –

Hidup adalah perjuangan. Tak seorang pun bisa menempuhnya sendirian menuju ke titik pencapaian tertentu. Lalu, apa yang perlu dilakukan terhadap orang- orang yang menyertai perjuangan itu?

Bagi Dr. John N. Palinggi, MM., MBA. keutamaan tertinggi yang semestinya dimiliki setiap orang adalah rasa “Syukur dan terima kasih”. Lebih dari itu, katanya, rasa syukur itu tidak cukup diucapkan atau hanya dibatinkan. Harus di konkretkan.

Dan prinsip lain yang John pegang teguh, manusia harus tahu dari mana sesuatu yang disyukuri itu berasal. “Ibarat mata air, kita harus tahu sumbernya, agar kita menjaganya,” ujar John N. Palinggi (19/08).

John pun berusaha mengingat dan menyatakan rasa terima kasihnya kepada semua orang yang pernah berjasa dalam hidupnya.

“Saya datangi 72 orang yang berjasa dalam hidup saya. Saya sudah datangi semua, kecuali guru Bahasa Inggris saya waktu di SMP, karena dia tidak menikah dan tidak tahu di mana,” katanya.

”Kalau kita bisa menolong, lakukan pertolongan. Belum tentu hidupnya baik. Banyak mendekati orang yang susah hidupnya akan membahagiakan, dan tentu sebagai orang beragama, ini baik di mata Tuhan,” ujar pria murah senyum ini.

John sendiri pernah mengalami hidup yang penuh perjuangan dan kerja keras nan spartan. ”Walaupun ayah saya tokoh masyarakat,kami tetap saja harus mengolah alam dengan berkeringat dan tulus baru bisa menghasikan makanan. Saya makan singkong mulai dari daun, umbi, untung saja batangnya tidak ikut masuk,” ujarnya dengan rasa canda.

”Saya ditugaskan, ya saya lakukan sebaik mungkin. Yang saya jual adalah kepercayaan, trusty. Jagalah dirimu supaya dipercaya. Pelihara hatimu sebab dari situ terpancar kehidupan. Orang yang tidak pelihara hatinya pikirannya kotor terus, selalu memandang orang lain yang tidak beruntung rendah,” ujarnya menyebut kunci mendapatkan kepercayaan.

Dalam pergaulan, bisnis dan hidup sehari-hari, John menjalin relasi dengan semua kalangan. Kalau muncul hambatan, Tenaga Ahli dan Pengajar Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) ini tidak menyerah. Dia selalu ingat pesan ayahnya untuk tetap berbuat kebaikan. ”Di mana pun kamu bekerja atau Tuhan tempatkan, kamu harus berusaha menyenangkan hati orang lain, siapa pun dia. Berusaha supaya dia menjadi saudaramu,” pesan ayahnya.

”Kalau orang itu tidak mau bersaudara, bagaimana?” tanya John pada sang ayah. ”Buat terus kebaikan, dan pada saatnya, Tuhan mempertemukan kamu dengan kebaikan. Jangan jemu berbuat kebaikan,” jawab sang ayah.

Karena itu aku John, dia tidak memandang agama, suku, beruntung atau tidak, kaya atau miskin dalam pergaulan. ”Yang penting dia ciptaan Tuhan, saya sayang,” akunya memungkasi obrolan.

)**Git/Red

By Redaksi

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *